Kantor Pusat :
Perumahan Shangrila Unit I No. 75 - Petukangan Selatan - Jakarta Selatan
Sebelum Anda berumrah ada beberapa amalan penting yang tidak boleh dilupakan. Dan amalan ini merupakan penyempurna ibadah Umroh itu sendiri, karena peroleh Mabrur atau MAqbul dalam Umroh itu terkait dengan amalan sebelum berangkat. Karena tidak mungkin bahwa Mabrur, soleh ataupun takwa itu sendiri diperoleh hanya dalam waktu 1 minggu saja tanpa persiapan lahir batin di tanah air.
Persiapan Dhohir
- Bertobat dari segala dosa dan maksiat, baik dosa kepada Allah Swt, yaitu pelanggaran dari segala larangan-Nya dan keengganan melaksanakan perintahNya, maupun dosa kepada sesama manusia.
- Meminta izin orang tua atau yang dituakannya.
- Membayar segala utang, mengembalikan harta yang diperoleh dengan cara zhalim (korupsi) dan aniaya (merampas hak orang lain).
- Dana yang digunakan benar-benar halal dan bersih.
- Menyiapkan nafkah yang cukup bagi keluarga yang ditinggalkan.
- Banyak bersedekah kepada dhuafa, fakir dan miskin.
- Carilah kawan seperjalanan yang saleh, yang baik, senang menolong, sering mengingatkan jika lupa, suka menegur jika ada kesalahan, memotivasi kepada keteguhan dan kesabaran.
- Sebelum berangkat, berpamitan kepada teman, tetangga dan saudara lainya yang berdekatan. Meminta restu mereka, dan mendoakan untuk mereka
- Niat dan tujuan semata-mata karena Allah Swt, dan bukan untuk mencari kemasyhuran dan gelar.
- Memperbanyak sedekah.
- Meninggalkan rafats (ucapan kotor; tidak berguna), fusûq (maksiat, keluar dari ketaatan kepada Allah Swt), dan jidâl (berbantahan, bertengkar dll)
- Rendah hati, lemah-lembut, mengutamakan kebaikan, budi pekerti yang baik. Tidak menyakiti orang lain, husnu zhan (berbaik sangka), sabar dan tabah dalam menghadapi perbuatan yang tidak menyenangkan dan menyakitkan
- Ikhlas dalam segala ucapan dan perbuatan. Tidak memperhitungkan segala apa yang telah dikeluarkan untuk menyempurnakan ibadah haji maupun umrah
- Ikhlas dan sabar dalam menghadapi musibah atau kerugian yang menimpa fisik dan harta. Sebab segala musibah dan kerugian yang diterima secara ikhlas, termasuk kebaikan berpahala di sisi Allah Swt
- Salat sunat Safar (bepergian) dua rakaat dengan membaca Fatihah dan al-Kafirun di rakaat pertama dan Fatihah dan al-Ikhlas di rakaat kedua. Boleh membaca Ayat Kursi1 atau Surat al-Quraisy dan satu kali sebelum keluar rumah atau doa lainnya yang dihafal dan disukai.
- Berdoa bagi keluarga maupun teman yang ditinggalkan
- Ketika naik kendaraan atau pesawat terbang bacalah doa
Setelah duduk membaca lagi:
Alhamdulillah
Diteruskan dengan membaca:
Subhânaladzî sakhara lanâ hâdzâ wa mâ kunnâ lahû muqrinîn wa innâ ilâ robbinâ lamunqolibûn
“Segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kami (padahal) kami tidak sanggup mengendalikannya. sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah.” (QS. Al-Zukhruf: 14)
Atau membaca:
“Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku menganiaya diriku sendiri (maka) ampuni aku karena tidak ada (yang) bisa mengampuni kecuali Engkau.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasaî dengan sanad sahih)
- Selalu dalam keadaan berwudlu dan shalat berjamaah
- Banyaklah berbuat kebaikan dalam perjalanan selain sabar dan tawakal kepada Allah Swt
- Berdoalah di setiap kesempatan dalam perjalanan karena doa yang sedang bepergian mustajab sebagaimana disebutkan dalam hadist:
Melaksanakan Sunat-Sunat Ihram
- Sebelum ihram rapikan kuku, rambut, jenggot, kumis, bulu ketiak dan bulu lainnya. Kemudian mandi (membasahi badan dari kepala sampai kaki), menyela-nyela jari tangan dan kaki, kemudian berwudhu.
- Selanjutnya mengenakan pakaian ihram. Bagi pria yang satu disebut Rida (kain bagian atas) dan Izzar (kain bagian bawah).
- Pakaian ihram untuk wanita sama halnya dengan pakaian ketika shalat. Yaitu jilbab yang harus menutupi seluruh rambut (rambut tidak boleh terlihat). Baju harus menutupi dada. Tidak boleh memakai pakain tipis hingga terlihat rambut atau kulit, selain telapak muka dan telapak tangan. Kaki memakai kaos kaki/stoking.
- Sebelum niat boleh memakai wewangian, body lotion, parfum dan lainnya. Namun tidak boleh dilakukan sesudah niat.
- Bila salat wajib didirikan, kerjakan salat sunat ihram setelahnya, atau boleh menjadikan salat wajib itu penganti salat sunat ihram.
- Shalat sunnat ini tidak diniatkan untuk ihram, tapi berniat mengerjakan shalat sunnat yang disebabkan satu sebab. Misalnya shalat dhuha, shalat hajat, tahiyatul masjid dll.
- Yang bermiqat di Madinah sebaiknya mengerjakan semua sunah ihram di hotel.
- Setelah berpakaian ihram, salat sunat dan niat dilakukan di Bir Ali.
Ihram umrah adalah niat untuk melaksanakan umrah kemudian diikuti dengan Talbiyah. Ihram umrah ini merupakan tanda telah masuknya rangkaian ibadah umrah dengan diharamkannya melakukan segala sesuatu selama melalaksanakan umrah sebagaimana takbiratul ihram dalam shalat.
Niat untuk umrah antara lain:
Labbaika Allâhuma Umratan
“Aku taati panggilan-Mu untuk melakukan umrah”
Setelah niat tidak boleh melanggar larangan ihram. Tidak boleh berkata buruk, mengunjing, bertengkar, berdebat yang tidak bermanfaat dan larangan lainnya untuk menjaga kesempurnaan umrah. Banyaklah membaca talbiyah:
Labaîk allâhumma labaîk, labaîk lâ syarîka laka labaîk, innal hamda wan ni’mata laka wal mulku, lâ syarîka laka
“Aku penuhi seruan-Mu Ya Allah, aku penuhi seruan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan seluruh kerajaan milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Setelah berulang kali membaca talbiyah diselingi shalawat:
allâhumma shalli wa sallim ‘alâ muhammad wa ‘alâ Ali muhammad
“Ya Allah limpahkan kesejahteraan dan keselematan kepada Muhammad dan keluarganya.”
Kemudian bacalah doa yang disukai, misalnya doa:
allâhumma inna nas-aluka ridhâka wal jannah wa naûdzubika min sakhatika wannâr.
“Ya Allah kami meminta ridha-Mu dan surgaMu. Kami berlindung dari kemarahan dan api neraka.”
3. Masuk ke Masjidil Haram
Ketika masuk masjid dahulukan kaki kanan dengan membaca:
Allahumaftah lî abwâba rohmatika
“Ya Allah bukakan bagiku semua pintu RahmatMu.”
Kemudian berjalan dengan tenang dan khusuk sambil membaca talbiyah.
Ketika melihat Kabah berdoa sambil mengangkat kedua tangan:
Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta’dzîman wa takrîman wa mahabatan wa zid man syarrafahu wa karamahu mimman hajjahu wa’tamarahu tasyrîfan wa ta’dzîman wa takrîman wa birran
“Ya Allah tambahlah kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kemegahan rumah ini. Tambahkan pula kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kebaikan bagi yang telah menghormati dan memuliakan rumahMu dari orang yang berhaji dan umrah.” (HR. Syafi’i) dan lainnya)
Setelah itu berdoalah menurut keinginan anda.
Ketika hendak tawaf benarkan letak baju ihram menjadi Idhthiba. Yaitu ujung baju ihram bagian kanan disimpan di pundak sebelah kiri.
Mulailah tawaf dengan berjalan cepat (raml) di tiga putaran pertama sambil idhtihba di seluruh putaran. Dan bacalah doa diatas setiap kali Isyarah (melambaikan tangan ke arah Hajar Aswad) .
Ketika raml bacalah doa ini:
Allâhumaj’alhû hajjan mabrûran wa dzanban maghfûran wa sa’yan masykûran
“Ya Allah jadikan aku haji yang mabrur, dosa yang diampuni dan sai yang diampuni.” (HR. Syafi’i)
- Idhtiba disunahkan dalam setiap tawaf untuk umrah.
- Tidak ada doa khusus dalam setiap putaran tawaf. Bacalah doa yang dikuasai. Doa dalam Al-Qur’an dan Hadist lebih diutamakan.
Allâhumaghfir warham wa’fu ‘amma ta’lam wa antal a’azul akrom, Allâhuma robbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzabanâr
“Ya Allah rahmati dan ampunilah aku dari dosa yang Engkau ketahui, karena Engkau Maha Besar dan Mulia. Ya Allah berilah aku kebaikan dunia dan akhirat, bebaskan aku dari api neraka.”
Selama tawaf bacalah dzikir dan doa pilihan anda atau membaca doa ini:
Subhânallahi wal hamdulillâhi wa lâ illâha illallah wallâhu akbar wa lâ haula wa lâ quwwata illa billâhi
“Maha Suci Allah, Segala puji bagiNya dan tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar dan tidak ada daya upaya kecuali dari Allah.” (HR. Ibnu Majah)
Di Rukun Yamani (sudut yang berdampingan dengan Hajar Aswad) isyarah (tangan diarahkan) dengan tangan kanan tanpa mencium tangan sesudahnya.
Antara Rukun Yamani dengan Hajar Aswad bacalah doa:
Allâhumma rabbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa qinâ adzabannâr
“Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan selamatkan kami dari api neraka.”
6. Salat di Maqam Ibrahim
Selesai tawaf kemudian menuju maqam Ibrahim sambil membaca:
Wattakidzû min maqâmi ibrâhîma mushollâ
“Dan Jadikanlah sebagian dari Maqam Ibrahim tempat salat.”
Pakaian yang tadinya idhthiba dilepas dan selimutkan ke badan kemudian salat sunnat dua raka’at. Rakaat pertama membaca Fatihah dan al–Kafirun, rakaat kedua membaca fatihah dan al-Ikhlas. Sesudah salat bacalah menurut keinginan anda.
- Tidak ada doa khusus dalam setiap putaran tawaf kecuali hanya beberapa doa yang telah disebutkan diatas. Anda boleh membaca doa sendiri atau dengan bahasa yang anda kuasai.
- Tidak disunahkan mengusap, mencium atau menempelkan benda untuk mengambil berkah karena hal ini tidak diajarkan Nabi saw.
- Mencium Hajar Aswad adalah sunah sedangkan menghormati sesama Muslim wajib hukumnya, maka jangan mengejar pahala sunah namun berakibat dosa.
- Jangan paksakan mencium Hajar Aswad bila keadaan penuh sesak. Bila keadaan penuh sesak dan tidak memungkinkan raml, berjalan biasa atau tetap raml semampunya.
- Jangan paksakan salat yang berhadapan langsung dengan maqam Ibrahim bila penuh sesak, carilah tempat kosong. Kemudian Istilam (bila memungkinkan) ke arah Hajar Aswad sambil berdoa di Multazam (bila memungkinkan) atau cukup berdoa di tempat anda berada.
- Maqam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim, maka hindari mengusap, mencium untuk mengharap berkah. Ingat! Jangan rusak ibadah anda dengan perbuatan yang tidak ada tuntunannya.
- Ketika umrah berikutnya dalam tawaf hanya berjalan biasa tanpa raml maupun idhtiba.
Sebelum Sai disunahkan minum air Zam-Zam sambil menghadap Kabah. Ketika minum, bernafas 3 kali kemudian sisa air minum diusapkan ke kepala, muka dan dada.
Sebelum ke shafa letakan kembali pakain dengan cara idhthiba’ (bagi laki-laki) dan ketika mendekat shafa bacalah:
Innash-shofâ wal marwata min sya’â-irillâhi, Abda-u bimâ bada Allâh bihi
“Sesungguhanya Shafa dan Marwah sebagian dari syiar Allah. Aku mulai dengan apa yang dimulai Allah.”
Ketika sampai di Shafa menghadap Kabah dengan mengangkat kedua tangan sambil membaca:
Allahu Akbar 3 x
Lâ ilâha illallahu wahdahu lâ syarîka lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyî wa yumîtu wa huwa ‘alâ kulli syai-in qadîir, Lâ ilâhi illallahu wahdahu, anjaza wa’dahu wa nasharo ’abdahu wahazamal ahzâba wahdahu
“Tidak ada Tuhan selain Allah tidak ada sekutu bagiNya, milik-Nya semua kerajaan dan pujian. Ia yang menghidupkan dan yang mematikan, Ia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan selain Allah, ditepati janji-Nya, dibela hambaNya dan dikalahkan semua musuh olehNya.”
Bacalah doa ini 3 x kemudian mulai berjalan untuk Sai.
Bagi laki-laki ketika berada diantara dua lampu hijau berjalan cepat (raml) sambil membaca:
Rabbighfir warham wa tajâwaz ‘amma ta’lam innaka antal a’azul akrom, Allâhumma âtina fiddunyâ hasanah wa fil âkhiroti hasanah wa qinâ adzabannâr
“Ya Allah ampuni aku, hapuskan segala dosa yang Engkau ketahui, (karena) sesungguhnya Engkau Maha Mulia dan Maha Besar. Ya Allah berilah aku kebaikan dunia akhirat dan selamatkan aku dari api neraka.”
Sai dilakukan tujuh putaran, antara Shafa dan Marwah dihitung satu putaran dan begitu pula sebaliknya dan sai akan berakhir di Marwah.
Selesai Sai kemudian Tahallul dengan menggunting atau mencukur rambut sedangkan bagi wanita hanya mengunting beberapa helai rambut sepanjang ruas jari saja. Ketika mencukur rambut mulailah mencukurnya pada bagian sebelah kanan kepala dan berdoa:
Allâhummaghfir lil muhalliqîna wa lil muqoshirîn
“Ya Allah, ampunilah orang yang bercukur dan yang bergunting.”
Mengunting atau memotong rambut boleh dilakukan oleh siapa saja, anak kecil ke orang tua atau sebaliknya, istri kepada suaminya atau sebaliknya. Hendaknya wanita dipotong oleh muhrimnya. Anda menjadi halal kembali dan selesailah umrah anda.
Selama berada di Mekah dianjurkan untuk memperbanyak umrah.
Sebaiknya semua kesunahan ihrâm dilakukan di hotel termasuk mandi dan berpakaian ihrâm. Sampai mîqât hanya salat sunnah ihrâm dan berniat kemudian kembali lagi ke Masjidil Haram untuk Tawâf, saî dan tahallul.
Umrah ini tidak disunahkan Raml ketika Tawâf.
Bagi yang berumrah selain di bulan haji, ketika akan meninggalkan kota Mekkah disunahkan melakukan Thawaf Wada. Caranya seperti melakukan Thawaf Sunnah.
Sunnahnya diakhiri dengan shalat sunnat thawaf setelah 7 kali thawaf. Bagi wanita yang berhalangan (haid, nifas dll) tidak disarankan thawaf wada’ dan cukup berdoa di pintu Masjid al-Haram.
2. Juzayrî, Abdul Rahman, 1990, Kitâb al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-‘Arba’ah (Beirut: Dar al-Fikr)
3. Khiyari, Ahmad, 1993, Tarîkh al-Ma’alim al-Madînah al Munawwarah Qadîman wa Hadîtsan (Jeddah, Dar al-‘Ilm)
4. Khurbûthulî, Ali, tt, Tarîkh Ka’bah, (Beirut: Dar al- Jail)
5. Mubarakfurî, Shafiyyurahmân. 2002, Tarikh Makkah al- Mukarramah, (Riyadh: Dar as-Salam)
6. Mundzirî, Abdul ‘Adzîm, 1992, Tahdzîb at-Targhîb wa at- Tarhîb. (Beirut: Darul Jail)
7. Nawawî, Muhyidîn, tt, al-Majmû Syarh al-Muhaddzab, (Beirut: Darul Fikri)
8. _________________ al-Adzkâr (Beirut: Dar al-Fikr)
9. _________________ Syarh Muslim, (Beirut: Dar Kutub ‘Ilmiyyah)
10. Râwah, Abdul Fattâh, 2003, Kitâb al-Îdhâh Fî Manâsik al-Hajj wa al-Umrah, Cetakan Kelima, (Mekkah: Maktab al- Imdâdiyyah)
11. Rousydy, Latif, 1989, Manasik Haji dan Umrah Rasulullah s.a.w (Medan: Rimbow)
12. Sâbiq, Sayyid, 1992, Fiqh as-Sunnah (Beirut: Dar al-Fikr)
13. Shihab, Quraish, 2003, Haji bersama M. Quraish Shihab (Bandung: Mizan)
14. Qudâmah, Ibnu, 1997, al-Mughnî, Cetakan Kedua, (Mekah: Mustaphâ al-Bâz)
15. Qârî, Mulâ ‘Alî, 1998, Irsyad asy-Syârî, Cetakan Pertama, (Mekkah: ‘Abbâs Ahmad al-Bâz)
16. Zuhaylî, Wahbah, 1989, al-Fiqh al-Islamiyyah wa Adilatuhu (Beirut: Dar al-Fikr)