Kantor Pusat :
Perumahan Shangrila Unit I No. 75 - Petukangan Selatan - Jakarta Selatan
Ada tiga prioritas utama Rasulullah SAW saat tiba di Madinah. Tiga prioritas tersebut adalah:
Membangun konsensus bersama
Sebelum segala rencana Nabi Muhammad SAW di Madinah dilakukan, Rasulullah membangun konsensus atau kesepakatan tentang hak dan tanggung jawab semua orang.
Dua suku utama Madinah memang telah memilihnya sebagai pemimpin mereka di baiat Aqabah dan menawarkan untuk melindunginya. Tapi mereka bukan satu-satunya penduduk Madinah. Selain Ansor, yang baru masuk Islam, dan Muhajirin, ada suku-suku Yahudi dan non-Muslim lainnya, terutama penyembah berhala, juga tinggal di kota.
Bahkan, sebelum kedatangan Nabi orang-orang Madinah berada di ambang memilih orang lain untuk memerintah mereka. Namanya Abdullah bin Ubay bin Saloul. Dikatakan bahwa mereka bahkan telah menyiapkan mahkota untuk dia pakai sebagai raja mereka. Jadi dengan keberagaman penduduk Madinah kala itu, Nabi menegaskan kesepakatan bersama berbagai pihak di Madinah.
Membangun perdamaian antar suku
Nabi Muhammad SAW kemudian membangun perdamaian antara semua penduduk Madinah, terutama suku Aws dan Khazraj. Mereka telah berperang selama bertahun-tahun, dan pemimpin baru Madinah memiliki peran penting untuk membantu mereka menyembuhkan dan mengatasi ingatan akan perang tersebut.
Nabi juga mengintegrasikan para muhajirin dari Makkah, yang merupakan warga baru Madinah, ke dalam masyarakat Madinah.
Membangun masjid sebagai pusat kegiatan
Nabi lalu mendirikan sebuah masjid di mana umat Islam bisa berdoa, belajar, dan mengamalkan agama mereka. Sesuatu yang tidak didapat ketika Nabi dan para muhajirin masih di Makkah.
Seperti diketahui, untuk beberapa alasan, Muslim di Mekah telah menghabiskan sebagian besar dari tiga belas tahun terakhir dianiaya dan beribadah secara rahasia. Pada tahun-tahun pertama wahyu, mereka bahkan menyembunyikan diri dari orang-orang fakta bahwa mereka adalah Muslim untuk alasan keamanan. Baru setelah Umar bin Al-Khattab masuk Islam, mereka keluar untuk mengumumkan Islam mereka di depan umum.
Tapi sekarang mereka berada di kota baru yang aman. Mereka membutuhkan tempat untuk beribadah kepada Allah SWT dan belajar agama mereka dengan tenang.
Masjid Nabawi kemudian dijadikan sebagai pusat komunitas untuk banyak kegiatan Muslim. Umat pergi ke sana untuk pertemuan dan musyawarah, untuk perayaan, untuk pendidikan, untuk sosialisasi, dan bahkan untuk perawatan medis. Alkhaledi kurnialam